Pages

Sabtu, 13 Desember 2008

PP TebuIreng,

Tebu Ireng, Jombang

Inilah pesantren "keluarga" milik dinasti Asy'ari. Tempat lahirnya ormas Islam Jam'iyah Nahdlatul Ulama, dengan jumlah jama'ah cukup besar setara dengan ormas Islam Muhammadiyah. Dengan jejak histori seperti itu konon PP Tebu Ireng disebut-sebut sebagai porosnya dunia pesantren di Indonesia. Kawasan Tebu Ireng dipilih oleh KH. Hasyim Asy'ari --setelah menuntut ilmu di Makkah--, bukan tanpa alasan. Tahun 1899 kawasan ini tergolong kawasan hitam dan suram. Sebagian besar masyarakatnya yang hanya penyewa lahan tebu, punya tabiat berjudi, mabuk, main perempuan dan merampok (molimo).

Untuk mengubah perilaku masyarakat itu, KH. Hasyim Asy'ari disebutkan secara khusus meminta bantuan kawan-kawannya dari daerah Cirebon menata kurikulum pesantren seluas 4,5 hektare. Tahun 1916 pesantren yang terletak di sebelah selatan kota Jombang ini sudah mulai menerapkan sistem pendidikan madrasi. Kemudian atas prakarsa putra KH. Hasyim, KH. Wahid Hasyim, tahun 1934 didirikan madrasah Nidzamiyah yang sudah mengajarkan pelajaran berhitung, bahasa melayu, sejarah, ilmu bumi, bahkan bahasa Belanda.

Setelah KH. Hasyim Asy'ari wafat tahun 1947, otomatis KH. Wahid Hasyim naik ke tampuk pimpinan pesantren. Hingga kemudian diangkat menjadi menteri agama RI, Tebu Ireng dipegang oleh KH. Ahmad Badlowi (ipar KH. Wahid Hasyim) dan KH. A. Karim Hasyim (adik). Sepeninggal KH. Wahid Hasyim yang wafat tahun 1953, hingga tahun 1965 Tebu Ireng dipegang oleh KH. A. Kholiq Hasyim. Sejak itu tercatat, KH.Yusuf Hasyim (putra bungsu KH.Hasyim Asy'ari) memegang Tebu Ireng dengan menerapkan sistem baru. Yaitu sistem kepemimpinan pesantren secara kolektif, dengan membentuk Dewan Kyai, Lajnah Tarbiyah wat Ta'lim dan organisasi santri.

Selain menyelenggarakan Madrasah Ibtidaiyah, Tsanwiyah dan Aliyah, juga diadakan sekolah dengan nama SMP dan SMA Wahid Hasyim serta Universitas Hasyim Asy'ari. Pengajian kitab yang diajarkan adalah kitab Fathul Qarib, Fathul Wahab, Muhadzab, Manhaj Dzawinnazhar, Jam'ul Jawami, tafsir Ibnu Katsier, Munir, Sahih Bukhari Muslim dan lain-lain. Fasilitas yang disediakan berupa perpustakaan (dengan ribuan buku), unit dokumentasi dan pengembangan informasi, program pelatihan jurnalistik dan dinamika santri. Karena prestasinya lewat Menteri Agama Munawir Syadzali dan Menpen Harmoko, Tebu Ireng dinyatakan sebagai salah satu Pusat Informasi Pesantren (PIP).

Entri, by : alam

H Yusuf Hasyim (1929-2007)

Mustasyar Ponpes Tebuireng

Tokoh senior (sesepuh) NU dan Mustasyar Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Yusuf Hasyim, kelahiran Jombang, 3 Agustus 1929 yang akrab dipanggil Pak Ud, meninggal dunia hari Minggu, 14 Januari 2007 pukul 18.40 di Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya. Putra pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari, itu meninggal akbat menderita radang paru-paru.


Yusuf Hasyim dirawat di Kamar 628 rumah sakit itu sejak 2 Januari 2007. Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat membesuknya di ruang ICU Gedung Bedah Terpadu, Sabtu (13/1). Sebelum dirawat di RSU Dr Soetomo, Yusuf Hasyim dirawat di RSUD Jombang selama tiga hari sejak Sabtu (30/12).

Pak Ud sempat menjalani operasi kecil pada 11 Januari 2007, untuk mengeluarkan lendir dari tenggorokan yang terluka karena sering muntah. Namun ternyata virus yang ada di dalam lendir itu sudah menyerang paru-parunya.


Mantan Ketua Umum Partai Kebangkitan Ummat (PKU), itu sebelumnya terjatuh di kamar rumahnya di Cukir pada 30 Desember 2006. Setelah jatuh, dia mengeluh sakit pinggang. Kemudian, kondisinya memburuk. Yusuf Hasyim dirawat di RSUD Jombang, lalu dirujuk ke RSU Dr Soetomo.


Jenazah kakek dari 11 cucu itu dimakamkan Senin 15 Januari 2007 di Kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Hari Minggu, 14/1, ribuan santri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur menyambut kedatangan jenazah sesepuh pengasuh ponpes Tebuireng itu dengan bacaan tahlil.

Pengasuh Ponpes Tebuireng
Puluhan tahun KH Yusuf Hasyim alias Pak Ud mengasuh Pondok Pesantren (PP) Tebuireng, Jombang, sekaligus menjadi politisi nasional. Dia pernah menjabat anggota DPR RI, Wakil Ketua MPP PPP, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Umat (PKU). Sejak 13 April 2006, dia menyerahkan tongkat kepemimpinan Ponpes Tebuireng kepada keponakannya, KH Salahudin Wahid (Gus Solah).

Acara penyerahan kepemimpinan tersebut digelar bersamaan Tahlil Akbar dan Pertemuan Alumni Ponpes Tebuireng yang dihadiri Menteri Agama Maftuh Basuni. Dalam kesempatan itu, Pak Ud menyatakan, sudah saatnya Ponpes Tebuireng melakukan regenerasi pada pucuk pimpinan. Ini diperlukan agar terjadi proses yang sehat dalam tradisi suksesi. "Itulah sebabnya, beberapa waktu lalu saya mengajukan permintaan pengunduran diri dari pimpinan Tebuireng. Alasannya, karena usia saya pada tahun ini sudah mencapai 77 tahun. Kedua, saya ingin menciptakan tradisi regenerasi pimpinan yang berjalan mulus,'' ujarnya dalam pidato sambutan.

Dengan usia 77, menurut Pak Ud, dia menjadi pimpinan tertua di kalangan ponpes se-Kabupaten Jombang. Sebagai perbandingan, usia KH Asad Umar, pimpinan Ponpes Darul Ulum, Peterongan, 73 tahun; dan KH Sholeh, pimpinan Ponpes Tambakberas, berusia 72 tahun.


''Dengan pertimbangan itu, saya sudah bulat mengajukan pengunduran diri yang dibahas beberapa kali di internal keluarga besar Bani Hasyim Asyari dan internal Pondok Tebuireng. Semuanya sepakat dengan pengganti Gus Sholah, yang tidak lain keponakan saya sendiri,'' ucap Pak Ud.

Pak Ud juga segera meningalkan ''rumah dinas'' yang disebutnya sebagai dalem kasepuhan, yang dulunya rumah pribadi almarhum KH Hasyim Asyari. Dia pindah ke kediaman pribadinya, di Cukir, masih dekat pondok.

Kepada Gus Sholah, Pak Ud meminta, istiqamah dan berpegang teguh pada semangat perjuangan pondok yang digariskan mendiang KH Hasyim Asyari. Gus Sholah, mengaku siap memimpin pondok dengan jumlah santri sekitar 7 ribu tersebut. Apalagi dia punya keinginan agar bisa pulang ke Jombang, daerah kelahiranya. ''Karena keinginan itu, saya menolak ketika ditawari menjadi Dubes di Aljazair. Saya lebih memilih memimpin pondok ini,'' papar adik kandung Gus Dur ini.


Dalam silsilah keluraga Bani Hasyim Asyari, Gus Sholah merupakan cucu dari pendiri Ponpes Tebuireng dan pendiri NU tersebut. Dia putra dari almarhum KH Wahid Hasyim. Sedangkan Pak Ud adalah putra dari almarhum KH Hasyim Asyari. Di antara putra-putri almarhum KH Hasyim Asyari, Pak Ud satu-satunya putra yang masih hidup.


e-ti/dap, dari berbagai sumber

Senin, 01 Desember 2008




kau bgtu sempurna
dimataku kau bgtu indah
kau membuat diriku akan sll memujamu
disetiap langkahku ku kan sll memikirkan dirimu
tak bs ku bayangkan hidupku tanpa cintamu
kau ganggam tanganku saat diriku lemah dan terjatuh
kau bisika kata menghapus smua sesalku....
jgnlah kau tinggalkan diriku,tak kan mampu menghadapi smua
hanya bersamamu ku akan bs
kau adalah darahku
kau adalah jantungku
kau adalah hidupku
lengkapi diriku oh sayangku kau bgtu sempurna..........

by : lg pusingggg.... g gelem ngomong