Pages

Selasa, 27 Januari 2009




Paku

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada
anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah ...

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah ...
Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih
mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan
amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini
kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk
setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa
semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar.
"Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi, lihatlah lubang-lubang di
pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. "Ketika
kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti
lubang ini ... di hati orang lain.

Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu ... Tetapi
tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada ... DAN luka
karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik ..."

~Author Unknown

***

Teman, memang, sebuah permintaan maaf bisa mengobati
banyak hal. Namun, agaknya kita juga harus mengingat, bahwa semua itu tak akan
ada artinya, saat kita mengulangi kesalahan itu kembali.

Cerita ini, adalah sebuah tamsil, sebuah amsal, sebuah ibarat dan sebuah
wira-kisah. Tentang, berbuat kesalahan memang wajar, namun, ia juga mengajarkan,
menghindarinya adalah hal lain yang bisa kita lakukan.

Tidak ada komentar: