Pages

Rabu, 19 Mei 2010

A. Tinjauan Sejarah
Semburan lumpur Kuwu diyakini sudah ada sejak era kerajaan-kerajaan Jawa pada masa lalu. Tak pasti kapan mulainya. Tidak ada catatan sejarah Bledug Kuwu di buku karya Empu Tantular ataupun Empu Prapanca. Satu-satunya sumber informasi adalah legenda tentang Joko Linglung. Menurut legenda itu, Bledug Kuwu terjadi pada abad ketujuh Masehi, pada masa Kerajaan Medang Kamolan. Waktu itu kerajaan diperintah oleh Raja Aji Saka setelah ia berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar, raja lalim yang gemar makan daging manusia.
Suatu hari, Aji Saka bertemu dengan seekor ular naga yang mengaku sebagai anaknya. Merasa tak pernah punya anak seekor naga, Aji Saka pun mengujinya. Ia hanya mau mengakuinya sebagai anak asalkan si naga sanggup mengalahkan musuh bebuyutan Aji Saka, yaitu bajul putih yang berada di Laut Selatan. Bajul putih itu tak lain adalah Dewata Cengkar yang malih rupa setelah dikalahkan Aji Saka.
Syarat itu dituruti oleh si naga. Ia pun pergi ke Laut Selatan. Setelah berhasil mengalahkan bajul putih, ia kembali ke Kerajaan Modang Kamolan. Untuk menuju ke sana, ia tidak melewati jalur darat tapi jalur bawah tanah. Karena di dalam tanah tidak ada rambu-rambu penunjuk jalan, si naga beberapa kali salah tempat ketika berusaha keluar dari perut bumi, sebelum akhirnya ia muncul di Kuwu.
Karena bolak-balik muncul di tempat salah, si naga itu dijuluki Joko Linglung. Tempat terakhir ia keluar di tanah Kuwu itulah yang kemudian menjadi Bledug Kuwu. Air yang keluar di situ terasa asin karena diyakini berasal dari Laut Selatan, mengalir lewat terowongan bekas jalan Joko Linglung. Tempat ini kemudian disebut Bledug karena semburan lumpurnya menimbulkan suara bledug-bledug yang dalam bahasa Jawa berarti letupan.

B. Spesifikasi Bledug Kuwu
Nama bledug kuwu diambil dari dua kata, yaitu bledug dan kuwu.
Kata bledug ledakan, meledak, berasal dari suara letupan “bledug-bledug” yang berbunyi secara terus menerus dalam waktu tertentu.
Dan nama kuwu / kawur lari, kabur, berhamburan,
Sehingga jika diartikan adalah ledakan lumpur yang berhamburan.
Bledug kuwu adalah sebuah kawah lumpur (mud volcanoes) yang terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Tempat ini dapat ditempuh kurang lebih 28 km ke arah timur dari kota Purwodadi. Bledug kuwu merupakan salah satu obyek wisata andalan di daerah ini, selain sumber api abadi Mrapen, dan Waduk Kedungombo. Letak geografisnya adalah 7°07′03.90″LS, 111°07′17.61″BT. Bledug kuwu ada sebelum zaman kerajaan mataram kuno, yaitu sekitar tahun 732 M – 928 M.

C. Lumpur Bledug Kuwu
Gejala alam yang menarik dari bledug kuwu ini adalah letupan-letupan lumpur yang mengandung garam dan berlangsung terus-menerus secara berkala, antara 2 dan 3 menit. Juga karena suaranya yang secara periodik meletupkan bunyi bledug (seperti meriam yang terdengar dari kejauhan) dari gelembung lumpur bersamaan dengan keluarnya asap, gas dan air garam. Melalui proses tersebut menjadikan daratan bledug yang dulunya berada didasar laut, sekarang menjadi daratan yang mempunyai ketinggian kurang lebih 53m dari permukaan laut. Luas arealnya 45 Ha dengan suhu minimum 31 derajat celcius.
Secara geologi, kawah lumpur Kuwu, sebagaimana kawah lumpur lainnya, adalah aktivitas pelepasan gas dari dalam teras bumi. Gas ini biasanya adalah metana. Kuwu adalah satu-satunya yang berlokasi di Jawa Tengah. Letupan-letupan lumpur yang terjadi biasanya membawa pula larutan kaya mineral dari bagian bawah lumpur ke atas.
Bledug Kuwu mempunyai keistimewaan tersendiri, apabila dilihat dari peta geologi bahwasanya tanah yang ada bledugnya adalah jenis Aluvial Plains (tanah endapatan atau tanah mengendap) bersamaan dengan meletupnya bledug, keluarlah uap, gas dan air garam. Suara bledug terjadi karena muntahnya kawah yang berupa lumpur dengan warna kelabu atau kelabu kehitam hitaman, tetapi kalau dicampur dengan air maka akan menjadi putih. Apabila diendapkan air endapan bledug kuwu adalah tanah kapur dan tepat sekali apabila disitu dulunya laut kemudian menjadi daratan, karena erosi dari gunung kapur sudah tentu tanah endapannya mengandung kapur.
Lumpur dari kawah ini airnya mengandung garam, oleh masyarakat setempat dimanfaatkan untuk dipakai sebagai bahan pembuat garam bleng secara tradisional. Caranya adalah dengan menampung air dari bledug itu ke dalam glagah (bambu yang dibelah menjadi dua, lalu dikeringkan.

D. Lumpur Bledug Kuwu Vs Lumpur Sidoarjo
Dilihat dari peta, lokasi Bledug Kuwu jaraknya sekitar 200 km dari Sidoarjo. Tidak jelas apakah lumpur yang menyembur di Bledug Kuwu ini masih punya hubungan dengan lumpur yang menggenangi Porong Sidoarjo. Sejauh ini tidak ditemukan hubungan antara keduanya. Yang jelas, Bledug Kuwu tidak terjadi sebagai akibat proses pengeboran minyak bumi.
Jika dibandingkan dengan semburan lumpur di Sidoarjo, volume maupun kekuatan semburan lumpurnya tergolong sangat kecil. Di Porong, volume lumpur mencapai ribuan meter kubik per hari. Penambahan volume lumpur sanggup menjebol tanggul, menenggelamkan jalan tol, rumah demi rumah, hingga desa demi desa. Tapi di Kuwu, pertambahan volume air dan materi lumpur relatif tidak menambah luas tanah yang tergenang lumpur. Dari kejauhan, bagian tengah Bledug Kuwu tampak seperti telaga lumpur yang tenang dan sesekali meletup, seperti sedang mendidih.
Di Sidoarjo, titik semburan tidak bisa dilihat dari dekat. Kecuali petugas, kita hanya bisa melihatnya dari jauh, dari asap putih yang membubung tinggi dan terlihat dari jarak ratusan meter. Di Bledug Kuwu, pengunjung bisa menikmati pemandangan unik letupan lumpur dari menara pandang.
Letupannya terjadi secara periodik tiap beberapa menit. Tingginya hanya sekitar dua meter. Pada saat hujan, biasanya letupan menjadi lebih besar. Tingginya bisa mencapai lima meter. Suara bledugnya pun lebih keras. Sama seperti di Sidoarjo, letupan lumpur di Bledug Kuwu disertai semburan asap yang berwarna putih. Cuma, bubungan asapnya tidak setinggi di Sidoarjo. Baunya campuran antara metana dan sedikit bau belerang, mirip di Sidoarjo.
Jika ingin melihat lebih jelas, misalnya jika ingin memotret, pengunjung bisa mendekat ke arah letupan, dengan memanfaatkan jalan setapak yang permukaannya dicor dengan semen. Tidak bisa betul-betul dekat sebab semakin dekat dengan titik letupan, permukaan tanah semakin lembek. Sekilas, permukaan tanahnya tampak kering. Tapi begitu dipijak, ia akan menelan kaki pelan-pelan. Jika nekat, kaki bisa terperosok ke dalam lumpur. Dikarenakan tanah yang semakin dekat dengan letupan merupakan tanah berlumpur yang basah.
Sebagai sebuah fenomena geologi, proses terjadinya Bledug Kuwu masih belum bisa dipastikan. Yang ada hanya teori-teori. Salah satu kemungkinannya, menurut Rovicky Dwi Putrohari, anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia, dulu lokasi itu merupakan laut yang secara perlahan-lahan berubah menjadi daratan. Tentu saja proses ini tidak terjadi dalam hitungan beberapa tahun, tapi selama berabad-abad. Sebelum benar-benar menjadi daratan, wilayah itu menjadi daerah rawa lebih dulu. 
Setelah menjadi daratan, air dan materi lumpur menembus permukaan tanah karena terdorong oleh gas rawa yang terperangkap di dalam tanah. Gas ini diproduksi terus-menerus di bawah perut bumi sehingga materi lumpur terus-menerus terdorong keluar. Ahli geologi menyebut fenomena alam ini sebagai mud volcano (gunung lumpur).
Fenomena gunung lumpur ini banyak dijumpai di belahan Bumi lain, bukan hanya di Porong Sidoarjo atau Bledug Kuwu. Biasanya fenomena ini berkaitan dengan adanya lapisan minyak dan gas bumi. Salah satu wilayah yang memiliki banyak titik gunung lumpur adalah Azerbaijan, sebuah negara di wilayah Eropa timur. Salah satu gunung lumpur di sana pada tahun 2001 bahkan pernah menyemburkan gas yang disertai dengan api setinggi 15 meter.
Menurut Rovicky, fenomena Bledug Kuwu ini sedikit berbeda dengan fenomena lumpur Porong dalam hal sumber panas. Panas lumpur Sidoarjo diduga sebagai akibat dari peristiwa hidrotermal. Maksudnya, lumpur Porong bersuhu tinggi karena di dalam tanah lumpur ini dipanaskan oleh magma Gunung Penanggungan yang terletak di daerah Malang-Pasuruan, dekat dengan titik semburan. Tapi, sekali lagi, ini pun masih sebatas dugaan yang masih sedang dikaji. Fenomena hidrotermal ini tidak terjadi di Bledug Kuwu. Lumpur yang keluar di sana tidak sepanas lumpur di Sidoarjo.

E. Daftar Pustaka
Journal from http://emshol.multiply.com. diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Heryadi, eka, dkk. Fenomena Bledug Kuwu. Presentasi ITH Fenomena Bledug Kuwu.
http://persembahanku.wordpress.com. diakses pada tanggal 1 Mei 2010

Tidak ada komentar: